Raja tanpa kerajaan, dan ulama' tanpa ilmu.
Oleh : Dr Muhammad Arifin Badri
Dimanapun, raja pastilah memiliki kerajaan, sehingga mampu menegakkan keadilan dan menumpas kejahatan. Paling kurang menjaga keutuhan negrinya.
Namun anehnya, di tengah-tengah masyarakat islam ada sebutan khalifah bawah tanah, mentri bawah tanah, gubernur bawah tanah.
Akibatnya mereka tidak dapat menegakkan Keadilan, tidak pula mampu memberantas kejahatan. Tidak pula mampu mempertahankan wilayah kekuasaannya.
Yang mampu mereka lakukan hanyalah memungut upeti dari pengikutnya melalui doktrin yang diajarkan, aneh memang, namun nyata-nyata ada di tengah-tengah umat islam.
Demikian juga, banyak yang menyandang predikat ulama' namun faktanya tidak berilmu.
Fenomena ini telah menjadi kenyataan pahit yang harus dirasakan oleh umat islam.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا»
Sejatinya Allah tidaklah mencabut ilmu secara tiba-tiba. Namun Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama'. Hingga bila tiba saatnya, tidak tersisa seorang ulama'pun, maka masyarakat menobatkan orang-orang bodoh sebagai panutan mereka, selanjutnya mereka ditanya ( dijadikan rujukan), dan merekapun memberi jawaban tanpa ilmu. Akibatnya mereka tersesat dan menyesatkan. ( Muttafaqun 'alaih)
Di masyarakat kita, standar seseorang menjadi ulama' bukan lagi ilmunya, namun gelarnya semisal Prof, Dr, atau keturunan semisal Gus, atau yang serupa, atau banyaknya pengikut.
Masalah kemampuan berbahasa arab, penguasaan dalil al qur'an, hadits dan kaedah-kaedahnya bagi banyak orang tidak perlu dipersoalkan.
Bagi banyak umat islam, Yang penting banyak pengikutnya, maka berarti ulama' besar. Ndak tahu besar apanya? dosanya, atau kesalahannya, atau penghasilannya.
Wallahul musta'an.
0 komentar:
Post a Comment