Tawanan Wanita Palestina, Bidadari-bidadari Yang Terpasung


Penjajah Israel meletakkan wanita Palestina sebagai target langsung; dibunuh, ditawan, diusir, dideportasi tanpa mempertahankan undang-undang internasional atau HAM.

Sejak menjajah Palestina wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza tahun 1967 hingga April 2011, Israel telah menangkap 12 ribu perempuan Palestina, 850 ditangkap selama Intifadahah Al-Aqsha (September 2000-2005), termasuk ibu-ibu, remaja putri di bawah umur 18 tahun. Hingga awal tahun 2016 masih ada 62 wanita Palestina mendekam di penjara penjajah.

Situasi Penangkapan dan Penahanan Buruk

Tawanan wanita Palestina mengalami siksaan fisik dan psikis dari sejak ditangkap hingga di penjara. Di sisi lain dan kondisi kehidupan mereka sangat keras karena kerap mengalami sanksi dan tindakan kejam tak berkemanusiaan. Mereka ditahan di tempat yang tidak layak tanpa mempertahankan kebutuhan asasi dan prifavasi mereka. Padahal itu dijamin undang-undang internasional dan HAM. Mereka juga kerap mendapatkan perlakukan dan ucapan kasar dan kotor dari sipir penjara. Belum lagi kekerasan yang mereka alami saat mereka digiring ke mahkamah atau saat dipindahkan atau penggeledahan ruangan.

Dinas tahanan Israel juga melakukan sejumlah pelanggaran hak terhadap tawanan wanita Palestina. Mereka menggunakan gas air mata, memukuli, mengisolasi di sel pribadi hingga lebih dari 1 bulan, dilarang berjemur, hingga sanksi pribadi seperti larangan kunjungan keluarga, pemberian denda.

Isolasi

Ada enam tawanan wanita Palestina yang diisolasi; Arin Shaibat, Suad Hamd, Suad Nazzal, Halah Jabr, Nasrin Abu Zinah.

Ibu-ibu Palestina Yang Melahirkan di Penjara

Di antara tawanan wanita Palestina ada yang terpaksa hamil hingga melahirkan bayinya di penjara. Tawanan Samr Shabih mengatakan, “Saya berharap bisa melahirkan anak saya pertama sebagaimana ibu-ibu lainnya yang ditunggui oleh kerabatnya. Namun kehendak Allah di atas segalanya. Saya menanggung kesulitan melahirkan. Saya harus tertekan karena bayi saya lahir dan tumbuh di ruang penjara yang lembab tanpa ventilasi dan penuh dengan serangga. Apalagi kebutuhan bayi yang utama tidak ada sama sekali.”

Tindakan Sewenang-wenang

Tawanan wanita Palestina mengalami tidakan sewenang-wenang dari Israel. Dari pemindahan ke ruang tahanan lain semena-mena, diadili selama 12 jam tanpa henti, keletihan fisik dan psikis saat diadili, dilarang dijenguk keluarga, kekuarangan pakaian, penghangat. Apalagi Israel melarang pembelian pakaian penghangat.

Selain itu, mereka juga mengalami siksaan psikis berupa; dijauhkan dari anak, suami, rumah dan kehilangan perasaan keibuan, dilarang bertemu langsung dengan anak-anak mereka yang usianya di bawah 6 tahun, suami dilarang menjenguk, hingga dalam jangka bertahun-tahun. Ini melanggara piagam Jenewa IV pasal 82, pemeriksaan disertai pelucutan pakaian saat mereka dibesuk keluarganya, ditempatkan di dekat narapidana wanita yahudi yang sering mengganggu dan melakukan kekerasan terhadap tawanan Palestina.

Mogok Makan

Tahun 1984 tawanan wanita Palestina pernah mogok makan selaam 18 hari, 1992 selama 15 hari, 1996 selama 18 hari, 1998 selama 10 hari dan sejumlah aksi protes lainnya.

Solidaritas antara tawanan wanita Palestina cukup kuat. Mereka menolak pembebasan sebagian di tahun 1996, tetap tinggal di penjara semua atau bebas semua. Akhirnya mereka pernah dibebaskan semuanya di tahun 1997.

Kesaksian

Tawanan wanita Palestina Qahirah Said Sa’di (27) warga kamp Jenin menikah dan memiliki 4 anak dan divonis 3 kali seumur hidup ditambah 30 tahun kurungan. Qahirah mengaku saat digelandang di kendaraan yang memindahkannya ia dicerca dengan kata-kata kasar dan kotor, digebuki dengan gagang senapan. Di penjara Masqobiah ia diperiksa dengan dilucuti pakaiannya, diborgol dikursi kaki dan tangannya selama berjam-jam.

Sa’di menambahkan, dirinya pernah dimasukan ke sel bawah tanah yang sangat kotor dan lembab tanpa cahaya, tanpa air dan udara yang juga penuh dengan kecoak dan serangga lainnya. Sangat sempit dan ada lubang untuk buang hajat. Setiap jam mereka memasukkan secangkir air untuk minum. Di sel bawah tanah itu berbau busuk. Di sana ia mengaku tinggal selama 9 hari berturut-turut.

Selama diintrogasi, Sa’di mengaku dibentak keras oleh sipir Israel dan diancam akan diperkosa beberapa kali. Dan saya menangis ketakutan. Saya mendengar kata-kata kasar dan kotor yang pernah pernah saya dengar sepanjang hidup saya, tegasnya.

Bahkan Sa’di pernah ditendang serdadu Israel saat diintrogasi dengan sepatu yang berhak besi hanya gara-gara ia minta agar serdadu itu mandi. Sampai tawanan Palestina lainnya di Maskobiah mokok makan memprotes tindakan kekerasan itu. Allahu’ musta’an DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment