Kisah Mulia dari Fatimah Az Zahra


Bismillaahhirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakaatuuh

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, washalatu wasalmu’ala ashrafil ambya’i walmursalin, wa ‘ala alihi washahbihi aj’ma’in. Ama ba’du.

BAPAK dan Ibu jama’ah yang dimuliakan Allah, marilah kita panjatkan puji syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita, utamanya adalah nikmat Islam, kesehatan, kekuatan dan kesempatan, sehingga pada kesempatan kali ini kita masih diperkenankan mengkaji ayat-ayat Allah.

Tak lupa salam dan shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa istiqamah melaksanakan ajarannya.

Jama’ah yang dirahmati Allah, tema kultum yang akan dibahas pada hari ini ialah, “Kisah Mulia dari Fatimah Az Zahra”, semoga saja kisah ini nanti bisa menjadi pelajarn bagi kita semua.

Ketaatan Fatimah Az Zahra kepada suaminya Sayyidina Ali menyebabkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengangkat darajatnya. Fatimah tidak pernah mengeluh dengan kekurangan dan kemiskinan keluarga mereka.

Tidak juga dia meminta-minta hingga menyusahkan suaminya. Meski begitu, kemiskinan tidak menghalangi Fatimah untuk selalu bersedekah. Dia tidak sanggup untuk kenyang sendiri apabila ada orang lain yang kelaparan.

Dia tidak rela hidup senang dikala orang lain menderita. Bahkan dia tidak pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintu rumahnya tanpa memberikan sesuatu, meskipun dirinya sendiri sering kelaparan.

Pernah suatu hari, Fatimah telah membuat Ali terusik hati dengan kata-katanya. Menyadari kesalahannya, Fatimah segera meminta maaf berulang-ulang kali.

Melihat air muka suaminya tidak juga berubah, maka Fatimah berlari-lari seperti anak kecil mengelilingi Ali. Tujuh puluh kali Fatimah mengelilingi Ali sambil merayu-rayu mohon untuk dimaafkan. Melihat tingkah laku Fatimah itu, tersenyumlah Ali dan lantas memaafkan istrinya itu.

Kemudian perkara ini sampai ke telinga Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam dan beliaupun memberi nasihat kepada puterinya

“Wahai Fatimah, kalaulah dikala itu engkau meninggal sedangkan suamimu Ali tidak memaafkanmu, niscaya aku tidak akan mensholatkan jenazahmu.”

Begitulah yang ditetapkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengenai kedudukan suami sebagai pemimpin bagi seorang istri. Betapa seorang istri itu perlu berhati-hati di saat berhadapan dengan suami. Padahal apa yang dilakukan Fatimah itu bukanlah suatu kesengajaan.

Bapak dan Ibu yang dimuliakan Allah, demikianlah sedikit yang bisa disampaikan. Mohon maaf tidak bisa menemukan sumber asli atau dalil dari kisah ini. Namun harapannya, semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah Fatimah Az Zahra ini.

Bila ada benarnya itu datang dari Allah, dan bila ada kesalahan dan kekurangan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Terima kasih, Billahitaufik walhidayah. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wa barokaatuuh.(zonakeren.com)


DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment